Ramalan Jayabaya
Ramalan pertama
"Murcane Sabdo Palon Noyo
Genggong"
Usai 1000
tahun berkembang Hindu-Buddha maka sudah pada tempatnya giliran bagi yang lain,
yakni akan digantikan oleh Islam sebagai agama negara bagi kerajaan di Jawa dan
Nusantara. Sri Aji Jayabaya juga menyatakan Dang Hyang Tanah Jawi Sabdo Palon
dan pendahulunya Noyo Genggong akan murca dari marcapada selama perkembangan
agama Islam berkembang dengan bangkitnya kerajaan Islam di Jawa. Sabdo Palon
tidak akan mencampuri Islam dan perkembangannya di Jawa dan Nusantara demi
membikin manusianya jadi manusia komplit alias sempurna.
Maka terimalah, sudah menjadi takdir kerajaan Hindu-Buddha yang gemilang
Majapahit berganti kerajaan Islam pertama di Nusantara Demak. Dan sayang sekali
karena baru berdiri kerajaan Demak yang tidak memiliki angkatan laut sekuat
Majapahit harus berhadapan dengan kekuatan unggul dari Eropa sehingga hanya
dapat sedikit menahan masuknya pelaut bersenjata Portugis, bahkan Portugis
berhasil memasuki Nusantara tanpa menemui lawan tangguh di medan laut. Dan
berturut-turut bangsa Barat berikutnya Belanda bahkan sangat cerdik untuk
mengadu domba kerajaan-kerajaan sisa Majapahit sehingga saling bertempur satu
sama lain. Selanjutnya Belanda tinggal memetik hasilnya yakni menguasai kedua
belah pihak dalam segala hal, terutama mengandalkan keunggulan kekuatan laut
dan persenjataan maju yang berhasil dikembangkan Eropa, mesiu atau senjata api
mulai ukuran senapan hingga meriam.
Dengan demikian kekalahan kerajaan Islam terhadap gempuran bangsa Eropa
bukanlah menjadi tanggung jawab danghyang tanah Jawi Sabdo Palon Noyo Genggong.
Dan andai kata kerajaan Islam atau negara yang menjunjung Islam memperoleh
kejayaan maka itu pun bukan melalui campurtangan sang pepunden Nusantara.
Tiap-tiap masa sebuah kerajaan bangkit dan hancur mengalami hal yang sama
dengan siklus bintang. Dan semua kerajaan di Jawa mengakui Semar sebagai
penguasa gaib dari dunia gaib dengan kemampuan khususnya mengejawantah sebagai
manusia biasa. Semar bisa berperan sebagai abdi, punakawan, dan bahkan
penasihat utama negara. Tokoh ini selalu turut hadir bersama jatuh-bangunnya
kehidupan sederhana maupun sebuah pemerintahan rumit dalam kerajaan. Dan Semar
yang terakhir dalam siklus perkembangan 1000 tahun Hindu-Buddha ialah Sabdo
Palon Noyo Genggong.
Majapahit yang jaya di laut dan di bumi Selatan, sementara Tiongkok yang berada
di bumi Utara adalah pengimbang tatanan politik dunia pada masa itu. Bumi
Selatan ada dalam genggaman Majapahit dan dengan keruntuhan Majapahit maka
tatanan politik dunia menjadi jomplang dan dengan mudah pula bangsa Barat
berkulit putih mengkolonisasi bumi selatan mulai dengan Afrika, Amerika Latin,
dan Asia Selatan menjadi jalur tanpa ada penjagaan laut yang kuat.
Kehancuran Majapahit oleh berkembangnya Islam yang masuk ke Jawa adalah sebuah
siklus sejarah perkembangan kelas, dan perjuangan kelas. Sabdo Palon Noyo
Genggong tahu bahwa Islam harus berkembang di Jawa dan Nusantara maka dari itu
ia bersiap-siap untuk murca dari peranannya mengawal takhta dalam kurun 1000
tahun terakhir. Dalam sumpahnya, ia akan hadir kembali dalam jangka 500 tahun,
adakah itu mengisyaratkan Islam akan menemui persoalan rumit setelah berkembang
500 tahun di Nusantara?
"Murcane Sabdo Palon Noyo Genggong" ramalan Prabu Jayabaya yang
pertama memang menjadi kenyataan tatkala Raja Majapahit yang terakhir Brawijaya
memilih meninggalkan agama negara sendiri dan memeluk Islam. Dengan sendirinya
Sabdo Palon memutuskan untuk menghilang atau murca dengan cara baik-baik dari
hadapan Sri Brawijaya, "Yang Mulia, kami tidak akan melawan perkembangan
sejarah, sejarah yang terus berkembang maju tak pernah mundur seinci pun itu,
dan di hadapan Yang Mulia maka Kami berjanji akan kembali kelak di mana bumi manusia
mengalami gonjang-ganjing dan segalanya harus dimulai dari awal lagi. Demi
melindungi Tanah Jawa dan Nusantara serta bumi selatan. Howght!"
demikianlah ucapan terakhir sebagai kata pamit Sabdo Palon. Majapahit tak pelak
lagi meluncur menemui kehancurannya, atas kehendak takdir sejarah.
Ramalan kedua
"Semut ireng anak-anak sapi"
Marcopolo penjelajah Italia pada 1292
meninggalkan daratan Tiongkok setelah bermukim sekian tahun membawa
berita dunia menakjubkan bagi benua Eropa. Duaratus tahun kemudian 1492
Christophorus Columbus juga orang Italia mendarat di benua milik bangsa Indian
Amerika Utara dan mengabarkan bahwa dunia berbentuk bulat, bundar bola.
Bangsa Eropa berkulit putih terkenal sangat rajin dan ulet bekerja bagai
semut hitam, dan selalu meminum susu sapi sejak bayi. Mereka mulai gelisah
dan menyiapkan diri dengan kapal-kapal layar kecil gesit dan cepat begitu
mengetahui kabar ada dunia besar lain penuh tantangan petualangan.
Bertahun-tahun mereka perlukan mendesign kapal yang dipersenjatai untuk
mengarungi samudera menemukan dunia baru dalam rangka mencari bahan mentah
baru, dan rempah-rempah dari sumbernya langsung di dunia Timur atau
di belahan dunia lain.
Ramalan Sri Aji Jayabaya kedua, "semut ireng anak-anak sapi" telah terbukti kebenarannya sejak pertama kali dikumandangkan duaratus tahun yang silam dihitung sejak Marco Polo tiba di Tiongkok bersamaan waktunya dengan berdirinya Majapahit.
Ramalan Sri Aji Jayabaya kedua, "semut ireng anak-anak sapi" telah terbukti kebenarannya sejak pertama kali dikumandangkan duaratus tahun yang silam dihitung sejak Marco Polo tiba di Tiongkok bersamaan waktunya dengan berdirinya Majapahit.
Majapahit berdiri 1292 bersamaan waktunya bangsa Eropa mulai memodernisasi
kapal-kapal laut mereka dengan bantuan orang semacam Marcopolo yang
kembali dari negeri Timur terutama Tiongkok dengan membawa cerita hebat
kemajuan teknologi baru dan menerapkannya di Eropa.
Majapahit dan benua Eropa berlomba membangun kebesaran masing-masing dengan
kapal-kapal laut yang siap bertempur di tengah samudera, Majapahit berada
di balik bumi daripada benua Eropa maupun Amerika. Kelak bangsa Eropa berhasil
memasuki wilayah Majapahit Nusantara tak perlu berperang menghadapi kekuatan
hebat Majapahit karena sedang mengalami konflik intern yang menghancurkan
diri-sendiri dalam perang paregreg. Kekuatan adidaya di bumi belahan Selatan
itu hancur sama sekali sehingga tidak pernah berkesempatan menghadapi bangsa
kulit putih yang datang untuk menginvasi dunia.
Hindu-Buddha Majapahit tergusur oleh kerajaan Islam yang tidak memiliki
angkatan laut yang sekuat Majapahit, akan tetapi memiliki angkatan darat yang
tak kalah hebat dengan milik Majapahit. Mereka berhimpun dengan kekuatan
Islam di mana-mana yang siap siaga menghadapi bangsa Eropa Nasrani dengan
kapal perang bersenjata yang sulit ditaklukkan di mana-mana. Siapa yang lebih
unggul dalam pertarungan itu? Konflik perang salib di Eropa dan perbatasan
dengan Asia berpindah ke dunia baru, Asia Selatan, Afrika, Amerika Latin, dan
Asia Tenggara serta Asia Timur. Pasukan Tiongkok yang dikirimkan ke perairan
Selatan (Nan Yang) tidak begitu kuat untuk membantu kerajaan-kerajaan
kecil di Nusantara menahan banjir bandang kapal-kapal orang Eropa. Tiongkok
bahkan berperan dalam merontokkan kekuatan Majapahit sehingga tak ada tameng di
perairan Selatan yang cukup disegani di masa sebelumnya. Kekuatan Tiongkok
lebih dipusatkan untuk menjaga keamanan di belahan bumi Utara. Sehingga tidak
mampu mengisi kekosongan yang ditinggalkan Majapahit.
Paus Leo X gerah dengan pertikaian sesama bangsa Eropa Nasrani memperebutkan
daerah baru di belahan dunia lain, sudah menjadi kewajiban Sri Paus untuk
mendamaikan hal tersebut dengan mengeluarkan Jus Patronatus atau Padroado
pada 1514. Spanyol mendapat bagian berlayar ke Barat dan Portugis mendapat
bagian berlayar ke Timur.
Dua kekuatan Nasrani yang berlayar berlawanan arah ini akhirnya benar-benar
mengelilingi dunia dan bentrok di kepulauan Philipina, Spanyol bertahan di
kepulauan tersebut, Portugis mencelat ke Timor Timur. Dua-duanya berusaha
memantau dan tetap "ndedepi" kepulauan Maluku penghasil
rempah-rempah antara lain pala, minyak kayuputih, dan cengkeh.
Sementara itu ada sebuah bangsa Eropa lain, semut ireng paling rajin bekerja:
membendung laut untuk dijadikan daratan dan memiliki sapi penghasil susu paling
banyak di daerah Friesland, dan meminum susunya lebih banyak daripada bangsa
lain yakni bangsa Belanda. Cornellis de Houtman mendarat di Batavia atau Sunda
Kelapa pada 1596. Bangsa yang paling rajin dan tertib administrasinya ini
berhasil menguasai wilayah Nusantara dengan menaklukkan kerajaan Islam dan
sisa-sisa pecahan kerajaan Majapahit: Makasar, Kalimantan, Aceh, Bali, Papua,
dan Nusa Tenggara. Inilah kedatangan bangsa asing yang sudah diramalkan oleh
Sri Aji Jayabaya limaratus tahun sebelumnya, "semut ireng anak-anak
sapi".
Belanda bertahan menguasai Nusantara selama tigaratus limapuluh tahun, dan
terusir bersamaan waktunya dengan kedatangan ramalan Jayabaya keempat, "kejajah
saumur jagung karo wong cebol kepalang" alias bangsa Jepang.
Ramalan ketiga
"Kebo nyabrang kali"
Georgi Dimitrov salah satu petinggi
Komintern atau Komunis Internasional dituduh oleh pengadilan Jerman Adolf
Hitler mendalangi sebuah aksi kerusuhan membakar reichstaat Jerman. Pokok
pangkal inilah Hitler telah merekayasa tuduhan yang tidak terbukti maka
dianggap mengumumkan genderang perang terhadap komunisme.
Dimitrov pun memaklumatkan seruan ke seluruh kubu komunis berperang terhadap
fasisme. Maka Jerman menghadapi lawan tangguh negeri-negeri sosialis dan
terutama Sovyet Uni, negeri sosialis pertama di dunia.
Semenjak krisis ekonomi 1929 Adolf Hitler tampil memimpin Nazi 1933 dan
menggerakkan Jerman dengan fokus utama industri Jerman ialah membangun kekuatan
militer besar-besaran, dan dalam tempo lima tahun 1938 kekuatan militer yang
terkuat di Eropa itu menganeksasi Austria. Sekutu yang dimotori Inggris dan
Amerika Serikat belum mengambil tindakan sampai Jerman Hitler menyerbu Ceko
dengan kekuatan militer besar-besaran melancarkan dan menguji coba
blitzkriegnya yang gemilang. Akhirnya 3 September 1939 Sekutu mengumumkan
perang terhadap Jerman. Sementara itu berturut-turut balatentara Jerman
berhasil menaklukkan Prancis dan tak ketinggalan Belanda, Belgia tunduk pada
keperkasaan Jerman.
Dalam bayang-bayang pasukan Hitler yang menggentarkan itu maka pemerintahan
kerajaan Belanda mengungsi ke Inggris, menyeberangi selat Channel. Sementara
Belanda bergabung dengan Sekutu berperang terhadap Jerman, negeri jajahan
Hindia Belanda atau Nusantara mengambil sikap netral terhadap Jerman.
Hengkangnya pemerintah Kerajaan Belanda mengungsi ke Inggris inilah yang telah
diramalkan oleh Raja Kediri Sri Aji Jayabaya, "Kebo nyabrang kali."
Hindia Belanda terlalu jauh dari pasukan blitzkrieg Hitler di Eropa, akan
tetapi terlalu dekat bagi sekutu Jerman di Timur Jauh yakni Jepang. Masuknya
Jepang ke Hindia Belanda pada giliran terakhir dalam serbuan pasukan Negeri
Matahari Terbit itu sekali lagi pemerintahan jajahan seberang lautan Hindia
Belanda mengungsi ke Australia. Kebo nyabrang kali untuk kedua kalinya. Belanda
mengungsi karena sudah terlalu kenyang mengeruk kekayaan di Nusantara, kekayaan
itu disetor untuk mengenyangkan negeri induk Nederland yang terbukti tidak kuat
bergerak menghadapi serbuan Jerman. Sama halnya negeri induknya Hindia Belanda
yang kekenyangan tidak mampu menghadapi pasukan Negeri Sakura yang beringas
masih kelaparan menyedot semua sumber daya alam dan kekayaan negeri yang ditaklukkannya.
Hengkangnya pemerintah pusat kerajaan Belanda dan juga pemerintahan jajahan
mengungsi menyeberangi lautan itulah yang sudah diramalkan oleh Jayabaya raja
Kediri delapan ratus tahun yang silam.
Hindia-Belanda tidak sendirian menghadapi serbuan Jepang, juga Inggris di
Malaya, Singapura, dan pasukan Prancis di Indocina serta Amerika Serikat di
Filipina. Semua saja menyeberangi lautan untuk mengungsi menyelamatkan ekor
sendiri meninggalkan anak jajahan diambil orang lain.
Seekor kerbau punya hobi mandi di kubangan yang berisi air, apalagi di sebuah
sungai yang melimpah-ruah airnya, ia tidak mungkin mau mentas dan menyeberangi
sungai tanpa alasan yang luarbiasa. Alasan agar seekor kerbau menyeberangi
sungai cuma dengan dipaksa atau terpaksa saja. Karena kerbau yang sudah kenyang
makan dan kenyang berendam di air akan cenderung bermalas-malasan saja. Dan
yang memaksa kerbau Belanda hengkang ialah kekuatan militer unggul bangsa lain.
Sementara kekuatan militer sendiri tidak siap digunakan menghadapi serbuan dari
luar semacam itu, melainkan hanya dipersiapkan dan digunakan untuk menindas
pribumi jajahan yang tidak bersenjata dan lemah dari segi apapun. Pasukan
militer Belanda punya kemampuan militer hanya sekelas menundukkan kerajaan-kerajaan
kecil di Nusantara. Belanda lebih menggunakan akal yang diwujudkan dengan
politik pecah-belah dan kuasailah. Dan terutama berkat bantuan Pribumi sendiri
yang lebih memilih berpihak pada kekuatan asing.
Pasukan blitzkrieg Jerman akhirnya gagal menghadapi Tentara Merah di front
Timur dalam daerah Uni Sovyet. Kekalahan di Russia itu menyebabkan keruntuhan
kekuatan Jerman, dan Hitler bunuh diri atau dibunuh oleh pihak tertentu. Dengan
demikian pada akhirnya pasukan militer Jerman menyerah pada Sekutu setahun
lebih dulu daripada menyerahnya kekaisaran Jepang pada Amerika Serikat karena
ledakan bom atom di jantung kota Jepang yang dijatuhkan dari pesawat militer
Amerika Serikat. Sovyet Uni atau Uni Sovyet yang berada di pihak Sekutu ikut
berhak keluar sebagai salah satu negeri pemenang Perang Dunia Kedua, dunia
komunis mendapat kehormatan dengan keunggulan pasukan Merah Uni Sovyet. Dan
anugerah kemenangan itu juga dipersembahkan bagi petinggi Komintern Georgi
Dimitrov yang gagah berani membela Komintern dan komunisme di depan pengadilan
fasis Jerman Adolf Hitler atas tuduhan palsu hasil kerja rekayasa intelijen
Nazi Jerman dalam mengenyahkan hantu komunis sejagad.
Ramalan keempat
"Kejajah saumur jagung
karo wong cebol kepalang"
8 Maret 1942 Balatentara darat, laut,
dan udara Dai Nippon dan pasukan sipil bunga Sakura yang berani mati dan selalu
menang dalam pertempuran melawan bangsa Barat mendarat di segenap penjuru
wilayah Nusantara. Lunaslah ramalan Jayabaya keempat, "kejajah saumur
jagung karo wong cebol kepalang". Tentara Kerajaan Belanda tidak kalah
gagah-berani menghadapi pasukan dari negeri Asia yang pernah menaklukkan
Manchuria, wilayah kerajaan Tsar Rusia pada 1904-1905.
Semangat tentara kerajaan masih kalah dengan tentara kekaisaran Matahari
Terbit, Dewa Amaterasu berpihak pada sang penyerbu dari Utara. Sejak masa kuno
orang-orang di Nusantara sudah diperingatkan oleh nenek-moyang agar selalu
waspada terhadap arah Utara, karena dari sanalah musuh datang menyerang, dari
Utara juga bencana bakal datang di Tanah Jawa. Oleh sebab itu ada sedikit
peninggalan warisan leluhur sejak seribu tahun silam atau masa Prabu Jayabaya
dari kerajaan Kediri bertakhta, yakni, "jangan membikin tungku atau luweng
untuk memasak mulutnya menghadap ke Utara." Satu lagi, "jangan
membuat kakus atau wc yang posisi orang yang mendudukinya sampai menghadap ke
arah Utara."
Bahkan seorang pujangga masyhur Nusantara menulis soal arus balik dari Utara
yang terus mengalir ke Selatan: ilmu pengetahuannya, budayanya dan barang-barang
dagangannya. Sebaliknya di masa keemasan Majapahit, dan bahkan sejak jaman
kerajaan Srivijaya arus mengalir ke Utara: ilmu pengetahuan, budaya, dan
barang-barang produk unggulannya.
Hinomaru berkibar di seluruh Pantai Timur benua Asia sampai ke lautan Pasific
di Timur Papua. Terbentuklah garis pertahanan militer yang sangat lebar dan
sulit dijaga dari serbuan pasukan Sekutu yang dipimpin negeri Paman Sam.
Berturut-turut hengkang dari wilayah koloni atau jajahannya: Prancis di
Indocina, Belanda di Hindia Belanda, Inggris di Malaya, dan Singapura. Bangsa
Jepang berhasil mengubah peta politik dunia, khususnya di Asia.
Prabu Jayabaya sudah mengidentifikasi bangsa cebol kepalang ini seribu tahun
yang lalu bakal menjadi superpower di bidang militer. Dalam pandangan Jawa yang
kecil akan mengalahkan yang besar, orang cebol kepalang atau bertubuh pendeklah
yang bakal mengalahkan orang-orang besar dari Barat.
Pribumi Nusantara yang terpuruk melata di bahwa kaki bangsa Barat selama
tigaratus limapuluh tahun mendadak sontak dibangunkan dari tanah dengan didikan
pasukan Jepang yang keras dan tak kenal ampun. Senjata mulai diberikan kepada
Pribumi yang mau berjuang bersama Jepang untuk menghadapi bangsa Barat atau
Sekutu. Korban selama masa pendidikan militer Jepang berjatuhan, kesengsaraan
hidup melanda rakyat di segenap wilayah Nusantara. Kelak buah kesengsaraan itu
yang diawali hengkangnya bangsa Barat membikin Pribumi harus berdiri di atas
kaki sendiri di atas tanah tumpah darah negeri sendiri dan memerintah bangsa
sendiri, semua itu dapat ditempuh dengan merebut kemerdekaan dan kedaulatan ibu
pertiwi Nusantara.
Dai Nippon diramalkan menjajah Nusantara selama seumur benih jagung dapat
disimpan, tiga setengah tahun! Dai Nippon yang bergabung dengan Jerman Hitler
masih terus berjuang sendiri dengan ulet dan tekun. Sekutu merasa biaya militer
sudah terlampau besar dikeluarkan di medan Eropa menghadapi Jerman dan
sekutunya. Untuk menaklukkan pasukan Dai Nippon yang memiliki garis pertahanan
begitu panjang di Asia Timur dan sebagian kepulauan di Pasifik pada akhirnya
Sekutu atau Amerika Serikat memilih menggunakan cara ekonomis dan praktis:
meledakkan bom nuklir di jantung wilayah Jepang. Walhasil pemenang perang dunia
kedua yang sejati adalah senjata nuklir dan bukan Amerika Serikat. Pasukan
Amerika tidak mati-matian dalam mengalahkan Jepang dengan cara yang umum dan
terhormat.
Jepang tidak sepenuhnya kalah di medan peperangan akan tetapi kalah karena atas
instruksi pimpinan tertingginya Kaisar Jepang.
Bangsa cebol kepalang itu selama menduduki Jawa dan Nusantara menghadapi
lawan-lawan tangguhnya: partai komunis Indonesia, Nahdlatul Ulama,
Muhammadiyah, partai sosialis, partai nasionalis, dan orang-orang Islam
progresif lainnya, dan tentu saja segenap rakyat Nusantara. Segenap komponen
perlawanan itu telah memilih pemimpin mereka: Bung Karno. Bung Karno tidak
terang-terangan memusuhi Jepang, akan tetapi mengambil taktik berpijak di dua
tempat sekaligus. Kaki kiri berada bersama pasukan Dai Nippon, sementara kaki
kanannya bahu-membahu melawan Jepang dengan berbagai cara bersama pejuang
Pribumi lainnya.
Bung Karno tahu siapa-siapa yang berjasa dalam merebut kemerdekaan, orang
komunis, orang nasionalis, dan orang sosialis, dan orang Islam dan seterusnya.
Dai Nippon menyerah kepada bom nuklir milik Amerika Serikat pada 14 Agustus
1945. Pemenang perang dunia kedua lainnya Sovyet Uni dedengkot negeri komunis
pertama di dunia rupanya tidak dapat hidup berdampingan secara damai dengan
negeri kapitalis lainnya, karena sudah sejak manifes komunis diluncurkan pada
abad kedelapan belas hantu komunis tidak pernah ditolerir oleh paham lain di
dunia ini. Sasaran tembak Amerika adalah negeri komunis Soviet Uni dan
berakibat timbulnya Perang Dunia Dingin. Dua ideologi mengelompokkan diri
masing-masing dengan memilih salah satu pihak. Slogan Amerika lebih keras lagi,
"berkawan dengan kami memusuhi komunis atau menjadi musuh besar
kami." Tidak adanya pilihan netral sama sekali.
Imbas Perang Dunia Dingin itu sangat mewarnai kemerdekaan yang akhirnya
dikumandangkan oleh Penyambung Hati Rakyat Indonesia: Soekarno didampingi M.
Hatta. Semasa pendudukan Jepang keduanya sudah sering menyusun strategi bersama
menghadapi masa depan. Mereka dalam menyikapi Perang Dunia Dingin mengambil
sikap berlawanan. Bung Karno bersikap Netral sementara Hatta memihak memusuhi
komunis. Dua peran antagonis dari kedua proklamator RI itulah yang pada
akhirnya melahirkan drama-drama perang kemerdekaan yang memilukan. Bangsa
sendiri bertempur dengan sesama saudara sendiri.
Perang saudara antar bangsa sendiri sejak perang kemerdekaan ternyata terus
membesar dan puncak klimaksnya termaktub dalam ramalan Jayabaya kelima,
"pitik tarung sak kandang."
Ramalan kelima
"Pitik tarung sak kandang"
Pada 30
September 1965 di lapisan stratosfir langit malam, pada radius tiga kilometer
dari kraton Sri Aji Jayabaya, para penduduk menyaksikan "lintang
kemukus" bergerak pelahan ke arah utara. Benda langit cerah bersinar
persis pesawat angkasa luar yang diidentifikasi selama berabad "lintang
kemukus" yang bergerak lambat di langit itu menjadi pertanda datangnya
peristiwa besar di jagad manusia.
Malam-malam perburuan 20 juta anggota komunis di Nusantara mulai dicanangkan.
Partai komunis ketiga terbesar di dunia berada dalam kepungan negeri
berpenduduk muslim terbesar di dunia. Sepuluh tahun yang silam kaum komunis
berhasil menempati anak tangga keempat dalam pemilu paling demokratis di negeri
Pancasila, suatu sintesis ideologi-ideologi yang ada di gelanggang politik
dunia dicetuskan Bung Karno, penyambung hati rakyat Indonesia.
Sri Aji Jayabaya seorang putra dari cinta sejati Dewi Sekartaji dan Inu
Kertapati, kedua remaja pilihan ini adalah putra mahkota dari dua kerajaan di
tepi sungai Brantas. Dewi Sekartaji seorang putri raja Amisena dari kerajaan
Daha/Kediri. Sedangkan Inu Kertapati atau lebih termasyhur disebut Panji
berasal dari kerajaan Jenggala, putra mahkota dari raja Lembu Amilanur.
Silsilah kedua putra mahkota ini adalah cucu Prabu Erlangga dari hasil
perkawinan dengan para selir. Sedangkan paramesywari Erlangga melahirkan
seorang gadis bernama Dewi Sanggramawijaya atau lebih dikenal Dewi Kilisuci.
Dewi Kilisuci tidak dapat menggantikan Erlangga menduduki takhta, maka kerajaan
dibelah menjadi dua, Daha/Kediri dan Jenggala. Perkawinan kerajaan yang mereka
jalani sebelumnya penuh dengan drama percintaan paling dikenang selama berabad
oleh penduduk Jawa bagian Timur.
Dewi Sekartaji dan Inu Kertapati yang belum bertemu satu sama lain sempat
menolak perjodohan dua kerajaan atas diri mereka. Dewi Sekartaji mengembara
bertahun-tahun, demikian pula Inu Kertapati, keduanya remaja paling cantik dan
paling tampan di kerajaan Daha dan Jenggala. Singkatnya mereka akhirnya bertemu
di pulau Dewata dan saling jatuh cinta satu sama lain. Perkawinan pun
berlangsung meriah, dua kerajaan digabungkan, dan dari hasil cinta sejati
mereka lahirlah seorang manusia unggul Sri Aji Jayabaya yang kelak marak
menjadi raja kerajaan Kediri. Dalam masa pemerintahannya sastra dan seni
berkembang luar biasa pesatnya. Perkataan yang berwujud ramalan-ramalan dari
segenap cerdik-pandai di seluruh negeri dikumpulkan dan dipilih yang terbaik
untuk dipersembahkan kepada yang mulia Sri Aji Jayabaya. Dengan bahan melimpah itulah
sang raja besar itu mempublikasikan ramalan kelima "pitik tarung sak
kandang" untuk menggambarkan perang saudara masa depan di tanah Jawa.
Gerakan september 1965 memicu pertarungan dua ideologi yang bertentangan, di
satu sisi kubu materialis, yang diwakili oleh 20 juta komunis, di sisi lain
terdapat kubu idealis, yang diwakili 60 juta muslim. Kaum komunis menggunakan
sistem filsafat materialisme dialektis. Kaum muslim masuk kubu idealis. Jika
kedua sistem itu berhadapan dalam realitas kehidupan maka yang terjadi adalah
pertentangan paham, tidak kurang-kurangnya Bung Karno berusaha mendamaikan
pertentangan komunis dan Islam dalam wadah Nasakom, lebih lanjut lagi di forum
legislatif dibentuk kabinet "gotong-royong". Usaha kecil Bung Karno
yang memiliki visi luar biasa sejak 1926, berusaha menghindarkan terjadinya
"pitik tarung sak kandang". Bung Karno sangat menguasai ramalan Sri
Aji Jayabaya tersebut.
"Pitik tarung sak kandang" artinya ayam peliharaan yang setiap pagi
dan petang berada dalam ruangan yang sama. Ayam dalam satu ruangan itu setiap
hari hidup rukun di luar ruangan. Kandang di sini bukan kandang yang rapat,
ayam yang dipelihara penduduk di Jawa biasanya dibuatkan pijakan-pijakan bambu
atau kayu untuk tidur si ayam. Ayam tersebut bebas keluar masuk ruangan kapan
saja atas kemauan sendiri. Mereka berada dalam rumah yang sama dan hidup rukun.
Sangat jarang terjadi ayam dalam satu "kandang" saling berkelahi di
dalam kandangnya. Bahkan tidak pernah terjadi perkelahian ayam dalam kandang
bebasnya itu. Perkelahian kecil biasanya rebutan tempat "mangkring"
yang kuat, ayam dewasa, memilih berada di depan. Ayam muda oleh pemiliknya
dipisahkan, dikurung tersendiri.
Dalam kandangnya puluhan ayam itu tidak pernah berkelahi karena mereka hanya berkumpul
pada petang hari untuk mulai tidur malamnya yang berlangsung hingga subuh. Saat
mereka terbangun dan keluar kandang itulah sang pemilik menjamu santapan
pertama, selanjutnya terserah anda mau cari makan di mana.
Dalam enam bulan saja komunis dibantai lawan-lawannya, segenap peranan mereka
telah disingkirkan dari pemerintahan, pers, dunia pendidikan dengan
memenjarakan tanpa proses pengadilan. Jutaan pegawai aparat pemerintah Bung
Karno tidak perlu dibayarkan pensiun mereka, walau sudah bekerja sejak perang
kemerdekaan. Sangat ekonomis!
Pembantaian kaum komunis yang tengah terjadi itu adalah hasil provokasi oleh
oknum yang dimaksud dalam ramalan keenam sri Aji Jayabaya: "kodok ijo
ongkang-ongkang", yang berkuasa tepat selama empat windu. "Kodok ijo
ongkang-ongkang" dibantu oleh pihak asing yang tengah menjalankan doktrin
McCarthy, membasmi komunis dari muka bumi.
Komunis Indonesia musnah tak bersisa yang tersisa onggokan arang yang
mengepulkan asap tipis. Di musim penghujan bakal tumbuh tunas baru di tumpukan
berwarna hitam itu, karena negeri Nusantara sangat subur untuk mengubah
kegersangan menjadi hijau kembali dengan tumbuhnya beraneka tanaman baru,
termasuk yang sudah dianggap musnah.
Ramalan Keenam
"Kodok Ijo Ongkang-Ongkang"
Partai
Komunis Indonesia hancur berantakan dalam semalam, bahkan tanpa seorang pun
pasukan Amerika Serikat nongol di sini untuk turun tangan langsung. Di Vietnam
sana di waktu yang bersamaan pasukan Amerika Serikat sudah lebih dari setengah
juta pasukan bekerja keras turun tangan langsung dalam membasmi orang-orang
komunis Vietcong. Usaha Amerika itu tidak juga berhasil mengatasi terowongan
tikus orang Vietnam yang tersohor itu. Tidak cukup dengan pasukan militer, juga
ikut diterjunkan ke medan pertempuran Vietnam segala jenis senjata modern,
senjata kimia, senjata biologi semua saja ditujukan untuk membasmi manusia
komunis Vietnam. Amerika gagal menghadapi pasukan komunis vietnam, karena
orang-orang komunis Vietnam lebih unggul daripada orang-orang komunis Indonesia
yang masih dibangunkan oleh Bung Karno nasion dan character rakyatnya. Paman Ho
atau Ho Chi Minh lebih berhasil membangun character dan nation rakyat Vietnam.
Paman Ho mendapat bantuan dari tetangga akrabnya Republik Rakyat Tiongkok yang
dikomandani Kawan Mao Dze Dong yang masyhur dalam memimpin Tentara Merah
Tiongkok berhasil mengalahkan pasukan Chiang Kaishek, Kuomintang dukungan
Amerika Serikat.
Jangan dilupakan peran sentral Zhou Enlai, Perdana Menteri Tiongkok yang
disebut-sebut lebih dulu menjadi anggota PKT daripada sang ketua Mao sekitar
1921. Kawan Zhou dan Paman Ho dekat sekali hubungannya terutama tatkala Vietnam
membutuhkan sokongan moril maupun materil dalam menahan serangan pasukan
militer Amerika Serikat pemenang perang dunia kedua, kekuatannya tak diragukan
lagi.
Ramalan keenam Jayabaya, "Kodok ijo ongkang-ongkang" bisa berarti
berkuasanya kaum hijau yang juga bisa berarti hijau daun atau hijau berlian.
Hijau berlian berarti simbol pakaian militer angkatan darat. Hijau daun berarti
bendera salah satu negeri di jazirah Arab, Saudi Arabia simbol dunia Islam.
Kodok ijo mengeluarkan suara dari kantung udaranya dan terdengar,
"oooong....kaaaang, oong... kang.....ong....kang.". Suara sang kodok
itu di musim banjir penghujan sangat riuh-rendah, bahkan ribuan kodok ijo
berkumpul menjelang hari mulai gelap untuk melantunkan orchestra simfoni,
"ong-kang-ong-kang" mengisi keheningan malam basah oleh banjir atau
hujan terus-menerus. Sang kodok begitu riuhnya memperdengarkan kemerduan suaranya
dengan satu tujuan menarik lawan jenisnya untuk dikawininya.
Tanpa ada air melimpah ruang di kebun atau di halaman rumah atau di tegalan,
maka tak akan datang kodok ijo dan riuh-rendah sepanjang malam bersimfoni ria.
Banjir darah akibat gerakan September 1965 mengundang militer angkatan darat
turun ke arena untuk mengambil alih kekuasaan di Nusantara dari tangan Bung
Karno yang berusaha membikin keseimbangan antara PKI dan AD.
Dengan sendirinya AD yang hijau itu menjadi kekuatan dominan di Nusantara dan
mendukung penguasa baru Jendral Suharto yang fasis dan otoriter sehingga
berhasil berkuasa selama empat windu untuk membikin rakyat Nusantara seragam
berfikir dan berbuat dalam hidupnya. Mau coba pikiran dan suara lain, hadiahnya
penjara. Kalau agak ringan kesalahannya akan mendapatkan hadiah
"diponggal-panggil" koramil atau kodim. Di sana dapat bogem mentah
atau tidak itu lain perkara lagi.
Masa rejim "kodok ijo ongkang-ongkang" tidak berarti militer terutama
AD hanya ongkang-ongkang kaki saja, tidak. Justru AD bekerja keras untuk tetap
menjaga bahaya laten komunis yang baru saja dikalahkan oleh AD sendiri. Komunis
yang tumpas sampai ke akarnya berkat mantra sakti Jendral Soeharto,
"tumpas habis sampai tujuh turunan" siapa saja yang terlibat komunis,
selalu bekerja keras mencegah bangkitnya komunis di negeri Nusantara yang
berubah menjadi negeri tergantung sejak masuknya modal asing akibat dibukanya
keran modal oleh Jendral Besar Soeharto yang membikin sebagaian rakyat
memujanya mampu membikin rakyat sejahtera.
Akan tetapi sayang sekali slogan "awas bahaya laten komunis" itu
terlalu berlebihan dikoar-koarkan selama Jendral Soeharto berkuasa. Padahal
sudah jelas bin gamblang komunis sudah hancur tak punya kekuatan apapun, eeeeh
kok menakuti rakyat banyak akan bahaya komunis yang cuma pepesan kosong itu.
Eiit itu bicara waktu itu lho. Entah kekuatan mereka saat ini 2010.
Ujung-ujungnya intimidasi dan teror kepada rakyat, dan ujung-ujungnya lagi
Bapak Pembangunan itu terus terpilih dan terpilih lagi jadi Raja eh Presiden
RI.
Prabu Jayabaya hampir seribu tahun yang silam sudah meramalkan datangnya
penguasa militer baru berbusana hijau, yakni AD. Ceritanya sang penguasa itu
muncul setelah terjadinya perang saudara di Nusantara dalam, "Pitik tarung
sak kandang". Setelah sang kodok tidak berkuasa lagi tampillah rejim baru
yang disebut rejim reformasi. Apa yang terjadi, "kodok ijo, kodok bangkak,
kodok percil, dan kodok pohon, dan lainnya ramai-ramai memperdengarkan suaranya
tanpa hambatan lagi datang dari manapun. Dan ujung dari kebebasan itu ialah
eyel-eyelan untuk menonjolkan pendapat sendiri yang belum tentu benar.
Ramalan ketujuh
"Tikus Pithi Anoto Baris"
Ramalan ketujuh Sri Aji Jayabaya
(1145-an): Tikus pithi anoto baris interpretasinya tikus merah menyusun
barisan! Merah tatkala masih bayi belum tumbuh bulu, dan kelak menjadi hitam
oleh bulunya sendiri. Sifat utama tikus phiti antara lain: gesit, semau
sendiri, susah diatur, dan lucu. Tikus phiti pandai menyembunyikan diri akan
tetapi belum mampu bikin persembunyian sendiri, yakni berupa lubang-lubang
dalam tanah, atau membikin sarang dari bahan yang ada di sekitarnya. Manusia
tanpa alat bantu susah untuk menangkap dan memburu makhluk yang satu ini.
Tikus yang satu ini benar-benar menyusun barisan bila pemimpin besarnya
(induknya) dibunuh atau melarikan diri karena diuber-uber. Jika keadaan biasa
tanpa gangguan maka ia bergerak tanpa formasi alias kocar-kacir tanpa tujuan
semua gerakannya.
Tikus-tikus pithi menyusun barisan bila mereka sedang kelaparan hebat, karena
musim paceklik atau sarangnya diobrak-abrik dan digusur, dan juga berubah
agresif tatkala mereka mendapat mangsa empuk.
Semasa Sri Aji Jayabaya memerintah di Kediri tikus pithi sebagai julukan pada
anak-anak remaja yang beranjak dewasa, tidak lagi merah tapi sudah bersemu
kehitaman. Tikus dalam konteks ramalan bisa sebagai perlambang kaum muda,
angkatan muda, atau pemuda dalam lingkup pusat kerajaan Kediri. Sri Aji
Jayabaya sangat membutuhkan pasukan laut terutama bertugas sebagai prajurit dan
paling dapat dipercaya tentu pemuda setempat dan di samping itu suara mereka
benar-benar diperhitungkan dalam percaturan politik kerajaan.
Kerajaan laut tapi berpusat di pedalaman itu menguasai daerah pengaruh meliputi
Jambi di pulau Sumatra, Kalimantan, Bali, dan Tidore, sehingga selalu
memperkuat pasukan laut demi keperluan menjaga wibawa kerajaan di wilayah
pengaruhnya. Angkatan muda mendapat porsi lebih untuk diterima sebagai abdi
negara. Dengan strategi sedemikian rupa membuka peluang bagi pemuda, maka tidak
ada gerakan pemuda yang berusaha untuk menggalang persatuan merongrong
kekuasaan sang Prabu Jayabaya.
Sejarah kemudian mencatat pada 1222, seratus tahun sejak kekuasaan Sri Aji
Jayabaya di mana angkatan mudanya sudah kurang mendapatkan porsi dalam
pemerintahan, tiba-tiba dari suatu daerah kurang lebih limapuluh kilometer arah
ke Timur kerajaan Kediri, gerakan pemuda pimpinan Arok membariskan pasukannya
menggempur Kediri. Panglima perang kerajaan Kediri Mahesa Wulung adik dari raja
Dandang Gendis atau Krtajaya tewas di Ganter sehingga pasukan Kediri menelan
kekalahan dalam pertempuran melawan pasukan Arok.
Arok tercatat sebagai orang pertama yang memimpin pemberontakan atau kudeta
dengan hasil gemilang dalam sejarah Nusantara.
Kembali ke tahun 2010, adanya ramalan tikus pithi anoto baris ditafsirkan
sebagai pemberontakan bersenjata rakyat dari segenap penjuru Nusantara adalah
mustahil, kecuali dilakukan oleh unsur militer yang menguasai senjata. Rakyat
jelata jelas tidak punya senjata api dalam jumlah cukup untuk mengadakan
pemberontakan skala besar.
Kaum muda memang mulai mengorganisir diri akan tetapi terpecah-pecah dan
berorientasi ke berbagai jurusan, masing-masing berkutat di dalam kelompok
sendiri. Mereka berwarna-warni idealismenya ada merah, hijau, biru, kuning, dan
merah jambu serta mengelompokkan di sebagai kiri, tengah, dan kanan. Ibarat
dalam jejer wayang mereka saling berseberangan sehingga mudah diadu-dombakan.
Angkatan muda memang selalu tampil dalam setiap goro-goro dalam pemerintahan
RI, dan keberhasilan mereka selalu berpindah tangan dan diambil alih pihak
lain. Peranan mereka kembali cuma penggembira yang tidak mampu memfoloup hasil
gerakannya yang berhasil. Sepertinya mereka mulai menyadari hal demikian, dan
mulai memasang strategi baru. Demo damai yang berubah anarkis mudah sekali
ditumpas, atau mengambil jalan parlementer yang memerlukan waktu panjang dalam
meraih kemenangan. Hingga pada akhirnya yang paling mudah bagi angkatan muda dengan
jalan mengumpulkan opini massa menggunakan jejaring sosial digital.
Jadi "tikus phiti anoto baris" berarti angkatan muda menyusun
barisan. Bukan barisan pemberontakan bersenjata, bukan demo anarchi, dan bukan
menunggu waktu generasi tua menyerahkan kekuasaan kepada angkatan muda.
Sehingga angkatan muda menjadi angkatan tua. Pemuda maju lain lagi masih
memiliki kekuatan kecil dalam mendukung gerakan perubahan sistemik, dalam pada
itu idealisme pilihan mereka belum mampu mempersatukan kekuatan dari berbagai
elemen. Idea-idea pemersatu yang sudah tersedia antara lain Bhinneka Tunggal
Ika, Pancasila, atau Nasakom, sejak era Majapahit hingga Kemerdekaan RI dan
pasca kemerdekaan. Sekarang idea terakhir itu sudah pincang, karena salah satu
kakinya buntung. Sedangkan idea yang lain diselewengkan menurut kepentingan
penguasa sendiri. Adalah tugas angkatan muda membikin utuh dan memurnikan
kembali seperti sediakala semua idea yang dicetuskan dan diajarkan oleh para
pemimpin Nusantara sesuai jamannya itu.
Kelak dengan berhasilnya angkatan muda menyusun barisan bersama untuk tujuan
bersama memurnikan semua idea pemersatu dan mampu mewujudkannya dalam aksi,
maka makna sesungguhnya ramalan Jayabaya ketujuh itu terbuktilah kebenarannya.
Ramalan kedelapan
"Reinkarnasi Noyo Genggong Sabdo
Palon"
Dua pendeta
penasihat sekaligus punakawan kerajaan Majapahit ini memang bukan tokoh
sembarangan. Selama ini ditafsirkan sebagai makhluk halus. Wadag atau tubuhnya
memang sebagaimana lazimnya orang biasa. Roh halus atau roh gaibnya yang
luarbiasa, ia mampu bereinkarnasi ribuan kali sejak manusia pertama tinggal di
bumi.
Sebagai pendeta Buddha Jawa (Jowo Sanyoto, agama negara Majapahit) utama di
kerajaan Majapahit ilmu agamanya sempurna bahkan lebih sempurna dibanding para
pengikut utama Dalai Lama di Tibet. Dari jaman ke jaman Sabdo Palon*
terus-menerus berganti raga (wadag), yakni pada saat raganya memang sudah tua
dan meninggal dunia.
Wadag baru pilihan itu tidak atas kemauan pribadi roh Sabdo Palon akan tetapi
atas kehendak Sang Hyang Wenang ing Jagad.
Jadi sebenarnya walau Majapahit runtuh, Sabdo Palon dan pendahulunya Noyo
Genggong tidak pernah murca atau hilang, dia hidup sebagai manusia biasa di
bumi manusia ini. Silsilah Sabdo Palon dalam 2500 tahun terakhir mengayomi
tanah Jawa, dan bumi bagian Selatan (Man Yang) adalah sbb.: Semar, Humarmoyo,
Manikmoyo, Ismoyo, Noyo Genggong, Sabdo Palon, Ki K, WS, dan pada 2010 ini
......???!
Ramalan Sri Aji Jayabaya kedelapan bahwa Sabdo Palon akan kembali ke Nusantara,
tentu ditafsirkan Sabdo Palon kelak berkiprah kembali sebagai pendamping dan
penasihat daripada pemimpin negeri suatu kerajaan.
Tatkala Majapahit pada era keruntuhannya sekitar 1478, di hadapan Prabu
Brawijaya yang berganti haluan memeluk Islam sedangkan Sabdo Palon tetap
bertahan sebagai titah dengan Jowo Sanyoto sebelum murca (lenyap) Sabdo Palon
berjanji, "Yang Mulia, kita ditakdirkan untuk berpisah, tetapi harap Yang
Mulia ingat limaratus tahun lagi aku akan kembali ke marcapada bumi Nusantara
untuk menjalankan titah-Nya."
Tepat waktu sebagaimana dijanjikan Sabdo Palon maka pada 1978 (500 tahun sejak
Majapahit runtuh berikut murcanya Sabdo Palon) seorang penduduk biasa Jawa
Tengah wadagnya dipergunakan oleh Sabdo Palon lengkap dengan Jowo Sanyoto-nya,
lelaki tua itu menyebut dirinya Ki K. Pada awal 1990-an sosoknya yang sudah
sepuh itu masih berstamina dan memiliki energi besar ditambah daya
intelijensinya masih sangat kuat. Bicaranya menyihir barangsiapa saja yang
mendengarkan. Sabdo Palon yang satu ini membawa ajaran dalam kitab
"suci" Adam Makna (bukan Betaljemur Adam Makna). Salah satu isi kitab
itu ialah penjabaran daripada abjad huruf Jawa ho no co ro ko do to so wo lo
po dho jo yo nyo mo nggo bo tho ngo (yang bagi orang Sunda sangat penting
sekali, ilmu tertinggi dalam dunia kebathinan dan falsafah di Nusantara).
Beliau meninggal sekitar pertengahan 1990-an. Sabdo Palon berganti wadag lagi,
dan kali ini dalam diri WS (65 tahunan) tangan kanan dan orang dekat Ki K
sendiri. Kehadiran kembali Sabdo Palon dengan melalui reinkarnasi berabad pada
sosok manusia pilihan itu atas kehendak dan kuasa Sang Hyang Wenang ing Jagad.
WS meninggal sekitar 2006, (bersamaan waktunya dengan meletusnya Gunung
Merapi), sepak-terjang beliau semasa hidupnya mirip tokoh misterius yang
gerakannya juga misterius, ia pernah mencoba memberikan nasihat kepada Presiden
Suharto yang di masa itu dikelilingi tokoh-tokoh spiritual tingkat tinggi dan
sulit didekati siapapun, konon hasilnya kurang memuaskan; dan beliau di samping
itu juga mencoba memberi nasihat atau petuah pada berbagai petinggi militer
maupun sipil. Sepak-terjangnya tidak pernah membikin heboh karena setiap
lakunya dikerjakan tanpa menarik perhatian. Dan tentu saja ia tidak pernah
mengumumkan jatidirinya kepada siapapun. Sosoknya biasa saja, keistimewaannya
ialah stamina tubuhnya luarbiasa apalagi saat ia berbicara seolah menyihir para
pendengarnya. Dan keberaniannya berbicara menghadapi tokoh manapun sangat
luarbiasa.
Semasa jaman Majapahit dalam wasiatnya Sabdo Palon mengatakan, "Hanya atas
kehendak Sang Hyang Wenang ing Jagad yang maha menentukan manusia pilihan
sebagai wadag baru Sabdo Palon." Prosesnya perpindahan Sabdo Palon ke
wadag baru berbeda dengan reinkarnasi pendeta Buddha Tibet. Sabdo Palon
memasuki tubuh remaja atau dewasa yang telah ditakdirkan Sang Hyang Wenang ing
Jagad meninggal dunia dan atas kehendakNya pula tubuh tersebut hidup kembali
sebagai reinkarnasi Sabdo Palon baru dengan nama baru. Pada reinkarnasi pendeta
Tibet terjadi sejak dalam kandungan ibunya, hingga lahir ke dunia sebagai bayi
reinkarnasi pendeta si A atau si B.
Menurut penuturan Ki K, pada jaman Jepang, Sabdo Palon sebelumnya -- yang kini
bersemayam dalam dirinya -- turut bersama balatentara Dai Nippon menyerbu Jawa,
membebaskan tanah Jawa dari bangsa kulit putih. Akan tetapi naas di Singapura
pesawat tempur Zero yang ditumpangi Sabdo Palon tertembak oleh musuh, seluruh
awak tewas, tatkala itulah meloncatlah roh Sabdo Palon dari tubuh seseorang
yang tewas dalam pesawat tersebut (orang Jepang!). Sabdo Palon yang memang
hendak ke tanah Jawa konon mendarat seorang diri di kaki Gunung Merapi. Pesawat
naas itu berangkat dari salah satu kota Jepang.
Kejayaan Nusantara dalam ramalan Sri Aji Jayabaya akan terjadi tatkala
munculnya kembali Sabdo Palon dan Noyo Genggong. Sabdo Palon alias Ki K pada
1980 mengatakan, "Kejayaan Nusantara yang lebih dahsyat daripada kerajaan
Majapahit terwujud bila dunia mengalami goro-goro besar semacam perang dunia
dahsyat atau bencana alam berskala besar, misalnya jatuhnya benda angkasa,
meletusnya gunung berapi, dan lain-lain. Usai goro-goro terjadi maka dunia akan
kembali seperti sediakala. Pada saat itulah tatanan politik dunia baru akan
terbentuk dan jauh berbeda dari peta dunia modern sebelumnya. Pasca goro-goro
itulah di Nusantara akan muncul Ratu adil dan Sabdo Palon berdampingan
menentukan nasib Nusantara dan bumi bagian selatan (Man Yang) dalam satu
tata pusat pemerintahan baru," demikian ucapan orisinil Sabdo Palon pada
1980.
Kapankah terjadinya goro-goro besar dan munculnya ratu adil? Pertanyaan itu
akan terjawab setelah ada jawaban atas pertanyaan berikut, "Siapakah yang
kini dipilih oleh Sang Hyang Wenang ing Jagad menjadi manusia pilihanNya
sebagai wadag terbaru daripada reinkarnasi Sabdo Palon?"
Beliaulah sumber jawabannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar