Pyrokinesis - Kemampuan Mengendalikan Api
Di tahun 1980an ada film yang berjudul
"Firestarter", yang menceritakan tentang anak perempuan yang
mempunyai kemampuan membakar apapun yang dilihatnya. Kemampuan ini disebut
Pyrokinesis. Baru-baru ini juga ada film tentang pyrokinesis, film serial
"Heroes" dimana ada salah satu karakter bernama Meredith mempunyai
kemampuan pyrokinesis. Lalu, apa yang dimaksud dengan pyrokinesis itu?
Pyrokinesis, berasal dari kata Yunani πυρ (PUR, yang
berarti "api, petir") dan κίνησις (kínesis, yang berarti
"gerak"). Sebuah kemampuan yang melebihi dari api. Yang mana mental
pemiliknya mampu memanipulasi api dan panas. Hal ini dapat tercapai dengan
melakukan percepatan partikel untuk meningkatkan suhu hingga mencapai tingkat
panas yang ekstrem dan sanggup memancarkan bunga api sehingga sanggup
mengeluarkan api.Sebagian besar orang dengan karunia ini mempunyai kemampuan
untuk meningkatkan suhu pribadi mereka untuk menghangatkan tubuh, bahkan dalam
kondisi paling dingin.
Dalam beberapa tradisi pyrokinetic (orang yang dapat
menggunakan pyrokinesis) dapat membuat api, tetapi secara "teknis"
pyrokinetic hanya dapat memanipulasi api, meskipun mereka dapat membakar bahan
mudah terbakar, membuat api setelahnya. Kemampuan untuk membuat api dari udara
tipis, tanpa bahan mudah terbakar, disebut "pyrogenesis."
Pyrokinesis berada di bawah payung telekinesis (atau,
kadang-kadang, psikokinesis)dimana seorang praktisi menggunakan pikirannya
untuk mempengaruhi dunia fisik di sekitar mereka. Secara tradisional seorang
pyrokinetic dapat menyalakan api ketika kondisi sesuai dengan pasokan yang
cukup untuk menciptakan api, yaitu bahan bakar, oksigen dan panas, kemudian
memanipulasi intensitas api dan arah di mana bahan-bahan itu berada. Jadi
pyrokinetic dapat mengobarkan setumpuk surat kabar dan tidak membakar tirai di
dekatnya , atau menyebabkan api menyebar dengan cepat melalui daerah tertentu
pada kecepatan yang tidak wajar.
Walaupun tidak ada eksperimen empiris yang telah
terbukti sesuai dengan yang ditampilkan oleh tradisi pyrokinesis populer ,
kemampuan untuk menghasilkan panas telah ditunjukkan oleh praktisi seni bela
diri tertentu.
Seniman bela diri ini, dengan memanipulasi energi
"chi", mereka dapat memancarkan panas dari tangan mereka atau bagian
lain dari tubuh mereka. Beberapa berpendapat bahwa kemampuan ini tidak
"benar" melainkan hanya pyrokinesis berbentuk bio feedback dan
sekedar kontrol, meningkatkan dan peningkatan kemampuan alami tubuh untuk
menghasilkan panas, sementara yang lain mengatakan bahwa itu adalah kemampuan
manipulasi pikiran dunia materi dan dengan demikian memenuhi syarat sebagai
(telekinesis).Banyak yang memiliki kemampuan ini bekerja dengan energi negatif
yang cenderung lebih hangat kemudian berubah bentuk ke energi positif.Pemilik
kemampuan ini cenderung penuh energi negatif dan dengan demikian sangat panas
bila disentuh, atau dalam kekurangan energi negatif sehingga menjadikannya
cukup beku untuk disentuh.
Fenomena yang dialami para penderita pyrokinetics,
berbeda dengan yang disebut penghangusan tubuh secara spontan atau Spontaneous
human combustion (SHC). SHC sering berakibat fatal, karena panas yang terjadi
mampu mengubah tubuh menjadi setumpuk abu hanya dalam beberapa menit. Bisa
dibayangkan seberapa kuat panasnya, bila dibandingkan dengan pembakaran jenazah
di krematorium yang menggunakan panas pada suhu 1.110 C. Perlu waktu 8 jam
untuk membakar jenazah di situ. Itupun, bekas yang ditinggalkan tidak seperti
pada peristiwa SHC.
SHC adalah fenomena yang tidak secara langsung
berkaitan dengan pyrokinesis, tetapi kesimpulan logis yang didapat dan telah
ditarik diantara keduanya adalah jika seseorang tiba-tiba terbakar tanpa alasan
yang dapat dipahami tentu saja dapat menjadi target pyrokinetic, jika seseorang
mengandaikan adanya semacam itu. Teori-teori lain di sekitar keduanya, SHC dan
praktisi pyrokinesis yang berjuang untuk mengendalikan kemampuan mereka dan
secara tidak sengaja mengubahnya pada diri mereka sendiri, sehingga terjadilah
SHC.
Willy Brough (12) dari Turlock, Kalifornia, misalnya,
diduga mampu menyalakan api hanya dengan memandangnya. Akibatnya, ia harus
menerima saja ketika diusir keluarganya karena dianggap kerasukan roh
jahat.Untunglah, seorang petani yang tinggal dekat rumahnya mau memungut bocah
itu dan kembali menyekolahkannya. Namun sayang, di sekolah baru ini ia hanya
bertahan 1 hari. Karena hanya dalam sehari itu, lima ruang kelas dilalap api
yang bersumber dari sorot matanya.
Contoh lainnya adalah Benedetto Supino dari Formia,
dekat Roma, yang selanjutnya mejadi perhatian masyarakatnya. Bermula pada tahun
1982, ketika buku komik yang dibacanya di ruang tunggu dokter gigi tiba-tiba
menyala. Sejak itu, ia dan keluarganya dikejutkan oleh beberapa kebakaran.
Meja-kursi dan bermacam-macam barang lainnya terbakar setiap kali Benedetto
melewatinya, termasuk juga seprai tempat tidurnya, atau barang-barang yang
dipegangnya, terutama buku. Demikian pula dengan barang yang dipandangnya
dengan serius, seperti yang pernah terjadi pada benda plastik yang dipegang
pamannya.
Kemampuan itu membuat Benedetto merasa sangat malu,
bahkan tertekan. Sementara para ilmuwan tidak mampu banyak membantunya.
Nasib mengenaskan lain dialami Jennie Bramwell yang
yatim piatu. Hanya dalam beberapa minggu setelah diadopsi, di rumah Dawson,
keluarga angkatnya di Thorah Island, Ontario. Telah terjadi berpuluh kali
kebakaran kecil. Api yang menjilat langit-langit, dinding, perabotan, handuk,
bahkan kucing kesayangan keluarga, terjadi spontan saat Jennie ada di dekatnya.
Jennie pun dikembalikan ke rumah yatim piatu.
Profesor Mario Scuncio dari Pusat Kesehatan Sosial
Tivoli memberikan diagnosis yang agak janggal dengan menilai kondisi kejiwaan
anak laki-laki yang pendiam dan kutu buku itu sangat normal.Dr. Giovanni
Ballesio, dekan jurusan pengobatan kesehatan dari Rome University, yang pernah
menyelidiki kemungkinan ketidaknormalan pada orang yang memiliki kemampuan
membangkitkan listrik tinggi pun tidak mampu menemukan penjelasan apa-apa di
balik semua kebakaran itu. Benedetto hanya menyandarkan harapannya pada
parapsikolog Demetrio Croce yang mencoba mengajarkan bagaimana mengontrol
kemampuannya itu.
Vincent H. Gaddis, dalam bukunya Mysterious Fires and
Lights, menyatakan bahwa ada satu kekuatan pikiran yang mampu meningkatkan
gejolak molekul yang berpengaruh langsung pada suatu objek sasan. Begitu
gejolak meningkat, objek menjadi panas. Untuk membakar tirai, baju atau benda
lain yang mudah terbakar hanya perlu beberapa percikan panas. Vincent menulis
buku ini berdasarkan penelitiannya dalam bidang parapsikologi pada tahun 1967.
Kemampuan seperti juga dikembangkan teratur oleh para
biksu Tibet bahkan hal ini diujikan dalam proses inisiasi mereka, dengan
membungkus diri dalam lembaran kain dan kertas basah, dan menghabiskan malam di
pegunungan yang dingin, duduk di salju. Di pagi hari, jika mereka lulus ujian,
kertas dan kain akan mengering dan beberapa salju yang menyentuh tulang kaki di
sekitar biarawan akan meleleh.
Kelebihan manusia-manusia tersebut yang mampu membakar
benda-benda disekitarnya memang merupakan suatu kelebihan sendiri, tetapi bila
tidak dapat mengontrol kekuatannya tersebut kelebihannya itu dapat menjadi
suatu kutukan tersendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar